Tentang Rindu





Sewaktu sedang pusing dengan silabus mata kuliah biokimia yang harus saya selesaikan hari itu, tiba-tiba telinga saya menangkap suara lirih dari meja sebelah saya.

“Semua kata rindumu semakin membuatku tak berdaya menahan rasa ingin jumpa... Percayalah padaku, ku rindu kamu.. Ku akan pulang melepas semua kerinduan yang terpendam..”

Kak Anti, teman sekantor saya yang setahu saya jaraaaang sekali bernyanyi, siang itu tiba-tiba menyanyikan lagu itu pelan. Pekerjaan saya langsung terhenti di situ. Tanpa bisa dicegah, saya menoleh pada perempuan yang usianya hanya terpaut setahun di atas saya itu. Dan masih tanpa bisa dicegah, saya tiba-tiba tersenyum sendiri. Mendengar Kak Anti menyayikan lagu itu, saya seperti mendapat jawaban. Hari itu saya memang sedang rindu-rindunya pada seseorang.

Rindu. Sebuah kata sifat yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Ada pula merindu yang berarti menanggung rindu. Tapi bagi saya, rindu itu jauh lebih kompleks dari pada makna dalam kamus. Rindu itu tak sekedar rasa yang sangat ingin. Rindu itu rasa yang membawa rasa kekosongan, yang kadang, jika menumpuk terlalu banyak atau terlalu lama, bisa membuat seseorang menangis, membuat dada sakit. Rindu itu suatu rasa yang ketika lama tak bertemu akan terus bertumbuh, tetapi ketika sudah bertemu, dia ternyata tak berhenti bertumbuh dan seringnya malah semakin besar lalu ketika harus berpisah lagi, rasanya luar biasa kosong. Tapi, di atas semua itu, bagi saya, rindu itu adalah kekuatan. Rindu yang membuat saya bersemangat bekerja, membunuhi waktu agar bisa sampai pada waktu saya bisa bertemu dengan si penyebab rindu.

Ada yang bilang, rindu itu sebaiknya disimpan saja. Rindu itu rasa pribadi yang tak perlu diungkapkan. Disimpan saja sampai nanti, entah kapan, ketika waktunya tiba, dia tak perlu lagi dikatakan. Maaf, saya tidak bisa menjadi penganut pendapat itu. Kehilangan seseorang yang pernah saya sayangi, yang tidak pernah memberi saya kesempatan untuk mengatakan betapa saya sebenarnya merindukan beliau, membuat saya tidak pernah ingin menunda lagi mengatakan setiap hal yang saya rasa harus saya katakan. Bagi saya, rindu itu sesuatu yang harus dikatakan. Sesuatu yang dipendam itu seperti bom waktu yang nantinya jika meledak, bisa melukai. Bagi saya, rasa yang terlalu lama dipendam itu bisa menjadi sumber penyakit. Lagipula,  bukannya perasaan dirindukan itu menyenangkan? Bukannya dirindukan itu membuat kita merasa bahwa ada yang peduli dan menyayangi kita? Jika memang demikian, lantas mengapa rindu harus ditahan? Bukannya lebih baik diungkapkan dan membuat orang yang kita rindukan merasa bahwa kita peduli dan menyayanginya?

Jadi, saya akan katakan sekarang dan nanti lagi. Dan lagi setiap kali saya rindu. Seperti sekarang ini. Saya rindu. 


*) Gambar dipinjam dari www.thoughtyoumayask.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil