Manusia Sintetis


bluecrabyoyo.com



Beberapa hari ini masyarakat sedang digegerkan oleh ditemukannya peredaran beras sintetis atau yang lebih sering disebut dengan beras plastik. Semua acara berita di televisi dan lini masa di hampir semua media sosial saya pun membicarakan tentang barang ini. Mulai dari para abdi negara yang ada di Bulog dan Kementerian Kesehatan, para peneliti, hingga masyarakat awam, semuanya ikut menyumbangkan berita. Ikut menunjukkan bagaimana rupa beras sintetis itu, bagaimana hasilnya ketika dimasak, apa pun untuk membuktikan bahwa beras itu memang terbuat dari plastik, beras sintetis yang perlu diwaspadai karena dapat membahayakan kesehatan mereka. Lalu yang lebih parah adalah beredarnya video yang diklaim sebagai video pembuatan beras plastik di Tiongkok sana yang bagi saya sebenarnya bukannya akan membantu menyelesaikan masalah, tetapi malah justru memperkeruh keadaan, membuat masyarakat semakin was-was.

Tapi lantas muncul juga berita bahwa semua berita tentang beras plastik ini hanya hoax. Seorang ahli mengatakan bahwa tidak ada beras plastik, bahwa video tentang pabrik pembuatan beras plastik itu sebenarnya adalah video tentang pabrik pembuatan biji plastik, bahwa beras plastik tidak akan mungkin meleleh jika dimasak dengan air, dan banyak hal lagi. Intinya, menurut beliau, berita heboh tentang beras plastik itu semuanya adalah bohong.

Sebagai masyarakat awam yang tidak terlalu paham mengenai mungkin tidaknya atau benar salahnya berita ini, saya tertarik mengikuti berita ini. Tapi ketertarikan saya terhadap isi berita mendadak teralihkan oleh komentar seorang teman tadi pagi ketika kami mengomentari banyaknya iklan suplemen di televisi dan betapa manusia sekarang ini terlalu manja dan selalu mencari jalan pintas untuk semua hal, termasuk kesehatan. Kata teman saya, manusia sekarang itu maunya serba instan, bahkan hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan nutrisi mereka. Daripada harus menyusun menu diet sehat yang kaya nutrisi alami, manusia sekarang lebih memilih untuk membeli suplemen makanan, suplemen nutrisi yang dibuat secara sintetis. Daripada harus berdiet dengan membatasi asupan gula alami, lebih baik membeli pemanis sintetis yang harganya lebih mahal dari gula asal bisa menikmati minuman atau makanan yang manis. Daripada harus membatasi garam dan konsumsi makanan berlemak, lebih memilih membeli obat atau jamu penurun tekanan darah dan kolesterol asal tetap bisa makan enak.

Saya ganti tertarik pada pola pikir dan sikap orang-orang ini terhadap berita beras sintetis ini setelah mendengarkan kata-kata teman yang panjang lebar itu. Lucu juga ya ternyata orang-orang ini. Mereka khawatir dan akhirnya berang karena makanan pokok mereka dicampur dengan beras sintetis. Begitu khawatirnya mereka karena menurut mereka, beras sintetis itu pastinya tidak baik untuk kesehatan, pasti akan menyebabkan gangguan pada kesehatan mereka, bisa merusak organ-organ mereka, bisa menyebabkan kanker atau apalah. Tapi, mereka malah dengan rela merogoh kantong lebih dalam untuk dengan sengaja membeli produk-produk sintetis lain dan dengan sengaja pula memilih untuk mengonsumsi produk-produk itu. Daripada harus mengurangi konsumsi makanan berkolesterol yang memang menggoyang lidah itu, lebih baik beli obat saja. Bisa makan sepuasnya, selesai makan tinggal minum obat yang kata iklan bisa menurunkan kolesterol itu. Daripada harus makan buah-buahan, lebih gampang beli vitamin C yang diiklankan oleh para model cantik itu. Kandungannya lebih banyak pula, 1000 mg! Gampang dan enak di lidah. Aneh. Padahal sama-sama sintetis, sama-sama memiliki efek yang tidak baik untuk kesehatan.

Iya, memang berbeda antara suplemen atau pemanis sintetis atau obat dengan beras plastik tadi. Suplemen dan pemanis sintetis, serta obat pasti tidak mengandung plastik. Tapi toh beras sintetis itu pun juga belum terbukti mengandung plastik. Bahkan sudah ada yang menyanggah bahwa tidak mungkin beras itu terbuat dari plastik atau dilapisi plastik. Tapi, ayolah. Suplemen dan pemanis buatan? Obat? Semuanya adalah hasil sintetis kimia yang pasti akan memiliki efek tidak baik bagi kesehatan jika dikonsumsi sembarangan. Zat-zat ini diolah secara kimia, merupakan hasil sintesis kimia, suatu kegiatan melakukan reaksi kimia untuk memperoleh suatu produk kimia, ataupun beberapa produk. Buatan. Tidak alami. Makanya, lucu kan ketika kita begitu khawatir tentang beras sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan, tapi dengan suka rela kita mengeluarkan uang banyak untuk membeli suplemen makanan, suplemen nutrisi, dan obat yang sebenarnya juga sintetis. Dengan suka rela.

Baru saja, ketika saya sedang berusaha menyelesaikan postingan ini, saya mengobrol dengan mahasiswa saya dan membahas tentang sikap ini. Dia berkomentar, mungkin jika beras sintetis ini masuk bukan dengan cara sembunyi-sembunyi, bukan dengan dicampurkan pada beras asli, dan diiklankan dengan manis seperti pemanis buatan atau suplemen makanan atau obat-obatan seperti yang di televisi itu, orang akan dengan suka rela juga membelinya, bukannya heboh seperti ini. Hmmm… yah, bisa jadi sih. Bisa jadi kalo beras sintetis ini ditawarkan melalui iklan manis yang semanis pemanis buatan itu, akan dibeli juga dengan suka rela.

Tapi, di luar semua pemikiran saya yang seperti memang tidak pernah wajar ini, saya tetap berharap semoga segera ada solusi dari masalah beras sintetis tadi. Semoga, jika memang berbahaya, segera bisa diambil tindakan yang solutif dan tidak merugikan masyarakat.  Semoga, masyarakat juga semakin sadar tentang kesehatan dan tidak lagi berusaha mencari jalan pintas untuk semua hal, termasuk dengan mengurangi konsumsi suplemen makanan sintetis dan obat-obatan sehingga mereka tidak perlu menjadi manusia sintetis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil