Melepaskanmu Pergi




www.shutterstock.com



#Lintang

Kapal yang kutumpangi mulai menjauhi pelabuhan. Perlahan. Sama seperti rasa teriris di dalam hatiku. Perlahan, sedikit demi sedikit, begitu menyakitkan.

Kupikir semua kata yang kau katakan itu benar. Kupikir semua kata-kata sayang yang selalu kau berikan padaku itu benar. Kupikir apa yang kurasakan dan kupikirkan tentang kau mencintaku itu benar.

"Jika aku memilih pergi dan tak kembali ke sini, akankah kamu melepasku pergi?" tanyaku setelah mengumpulkan kekuatan, setelah menghabiskan banyak waktu untuk berpikir dan memilih kata untuk kuucapkan.

"Tentu saja aku akan melepaskanmu pergi." Kata-kata itu begitu ringan meluncur darimu. Begitu ringan, begitu cepat, secepat rasa sakit yang dibawanya muncul di hatiku.

Tak ada kata-kata lagi. Aku segera berdiri dan melangkah pergi, menyeret langkahku melewati ruang tunggu penumpang dan langsung naik ke atas kapal yang akan membawaku pergi.

Padahal aku tak pernah sungguh-sungguh ingin pergi dan tak kembali. Padahal jika kau tak melepasku, aku pastikan aku akan kembali. Padahal aku hanya ingin meyakinkan hati bahwa apa yang kupikirkan tentangmu, tentang kita adalah benar, bahwa ada sesuatu di antara kita yang cukup berharga untuk kuperjuangkan. Bahwa kita saling mencintai. Bahwa akan ada alasan yang nanti membuatku kembali.

Tapi, ternyata memang hanya seperti ini, hanya cukup sampai di sini. Karena jika memang kau mencintai, kau akan memperjuangkanku, memintaku untuk kembali, atau bahkan menahanku untuk tak pergi.

***

#Bagaskara

"Kamu melepaskan Lintang pergi?" Ada nada tak percaya pada suaranya.

Aku menganggukkan kepala tanpa menoleh padanya. Kedua mataku masih terpaku pada kapal yang mulai bergerak menjauhi dermaga, menjauhi kota ini, menjauh dariku. Kapal yang membawamu pergi.

"Bodoh! Bodohnya kamu ini, Gas!" katanya lagi, seolah mulai frustrasi. "Kamu ini...." Kali ini kata-katanya menggantung. Mungkin dia terlalu bingung memilih kata selanjutnya.

Perempuan itu, sahabatku, orang yang dulu telah memperkenalkanku padamu. Orang yang telah selalu bersedia melakukan apa pun untuk meyakinkan kita berdua bahwa nantinya tak hanya akan ada aku atau kamu, tetapi kita. Dia yang sekarang berulang kali menghela napas, kesal dengan keputusanku.

"Kupikir kamu mencintainya," katanya kemudian.

Aku menoleh padanya, mengembangkan senyuman, lalu mendahuluinya meninggalkan bentangan lautan.

Dia tidak salah. Aku memang mencintaimu. Terlalu mencintaimu. Itulah mengapa aku melepaskanmu. Aku bisa apa lagi ketika yang kamu pilih adalah pergi dan tak ingin kembali? Apa gunanya kupaksakan kau bertahan jika bukan itu yang kau inginkan? Apa gunanya kupaksa kau kembali jika kau tak bahagia nanti?

Dia tidak salah. Aku memang mencintaimu. Sangat mencintaimu. Jadi akan kulakukan apa pun asal kebahagiaan menjadi milikmu. Bahkan jika untuk itu, aku harus melepaskanmu.



#MelepaskanmuPergi
Ternate, 23 Agustus 2015



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil