CCTV




"Sudah, lakukan saja," katanya. "Tak apa-apa."

Aku tak bergeming, hanya diam menatap tumpukan uang itu.

"Lakukan," katanya lagi. "Kau butuh uang itu, kan?" Nadanya mulai terdengar menggoda. "Bukannya tahun ini anakmu masuk sekolah?"

Dalam hati aku mengiyakan kata-katanya. Tahun ini anak sulungku mulai bersekolah dan aku harus membayar uang gedung dan uang seragamnya. Tapi, ....

"Sudah, tak ada orang di sini," katanya lagi.

"Tapi, CCTV," keluhku dalam gumaman.

"Ya sudah. Kumatikan ya lampunya. CCTV tak kan bisa merekammu dalam gelap."

Aku menggeleng. "Bukan CCTV yang itu," kataku. "Tapi Dia yang di sana, di atas langit ke tujuh sana, di arsy-Nya sana." Aku mengambil jeda. "Dia akan melihat, para malaikat akan mencatat. Kau tahu, kan? Dia maha tahu, maha melihat, bahkan dalam gelap."

Dengan cepat aku berdiri, meninggalkan si Muka Merah bertanduk yang warna mukanya semakin merah sewaktu aku menyebut-nyebut tentang-Nya.

#BahkanDalamGelap

Ternate, 120915 at 6:45 PM


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil