Masih Ada Besok



"Dosa itu ada. Kata siapa tak ada," katanya. "Kalau kau tinggalkan yang wajib, kau jalankan yang haram, tentu saja terkena dosa."

"Jadi menurutmu dosa benar-benar ada?" tanyaku.

"Ada. Tentu saja ada. Kalau kau tinggalkan sholatmu, kau bergibah tentang saudaramu, tentunya kau akan menanggung dosa."

"Begitu?"

"Iya. Begitu. Tapi..." Ada senyuman di akhir kata-katanya yang menggantung, membuatku ingin dia segera menyelesaikannya.

Aku menunggunya.

"Tapi kan Tuhanmu maha baik.. Maha pengasih dan penyayang." Senyuman masih ada di wajahnya. "Dia pasti akan memaafkan jika kau bertobat. Iya, kan?"

Aku mengangguk pelan.

"Dan...." Lagi-lagi dia menggantung kata-katanya. "Masih ada waktu. Besok masih akan ada, kok. Jadi tenang saja. Buat saja dosa, abaikan saja perintahnya, langgar larangannya. Besok kan masih bisa bertobat. Tenang saja.." Dia mengerling padaku.

Aku ikut tersenyum dan mengangguk, mengiyakannya, tak lagi bisa melihat sepasang tanduk yang ada di puncak kepalanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil