Merah

Tapak, Ternate (Koleksi Pribadi)


"Sudah ada jejak senja. Sudah saatnya pulang."

"Kau tak pernah menyukai senja, ya?"

Perempuan itu tak menjawab.

"Tak juga fajar. Iya?"

"Harus?"

"Tidak. Hanya menarik saja, bagiku. Biasanya perempuan menyukai hal-hal sentimentil seperti ini."

"Dan kau ingin tahu mengapa."

Laki-laki itu tersenyum, menaikkan kedua alisnya.

"Karena mereka berwarna merah. Warnanya akan menempel pada awan-awan yang putih. Mengingatkanku pada kedua mataku sendiri setiap kali selesai dibanjiri tangis."

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya tanda mengerti.

"Maaf," katanya. "Kau tahu ini tak pernah menjadi mauku."

Perempuan itu memaksakan senyuman, menelan ribuan kata yang sudah siap dia tumpahkan sebelumnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil