Uang Lembur

@diaah.ariyani


"Ngisi apa?" tanya seorang laki-laki yang baru saja selesai memesan secangkir kopi padaku. Dia menarik kursi di meja yang paling dekat dengan kasir. Di sana sudah ada kawannya.

"Ini, disuruh ngisi lembar ini nih.. Surat perintah kerja lembur."

"Perintah kerja lembur?" Laki-laki itu mengerutkan dahi.

"Iya. Rekapan sebulan kemarin. Kan sering tuh pulang telat, nah bulan ini mau diklaimin duit lemburnya. Jadi aku disuruh ngisi keterangan hasil kerja lemburku apa."

"Oh gitu." Kali ini laki-laki itu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Cumaaan..." Kawannya mengangkat wajah dari lembaran yang sedari tadi dipandanginya.

"Cuman?"

"Di tanggal ini nih.. Ini kan aku nggak lebur sebenernya. Aku tuh ijin keluar sebelum jam pulang terus aku balik lagi ke kantor buat finger print-nya emang udah agak malem gitu. Di rekapan kehadiran tetep keitung kelebihan jam, jadi ini ada di daftar lembur. Enaknya diisi apa yak?"

"Ya ga usah diisi lah." Laki-laki itu menjawab dengan santai lalu menyeruput kopinya.

Aku mengerutkan wajah mendengar masukan itu. Orang udah ada di daftat, mengapa pula harus tak diklaim jadi uang saja. Kesempatan kan ini namanya?

"Sayang lah.. Lumayan loh ini tiga jam kelebihannya. Lumayan duitnya," balas kawannya.

Tepat. Begitu. Masuk akal.

"Ya tapi kan kamunya nggak kerja. Nggak di kantornya juga buat urusan pribadi pula."

"Halah.. Yang penting kan ada hasil yang bisa ditunjukin. Rugi lah kalo nggak kuambil kesempatan ini. Duit, Bro. Duit. Tiga jam lembur itu.. Lumayan lah."

Laki-laki itu tersenyum, sejenak menyeruput kopinya, lalu kembali meletakkan cangkir ke atas meja.

"Emangnya siap kamu kalo nanti diinterview, dievalusi, dimintain pertanggungjawaban?"

"Heleh.. Gampang lah. Kan yang penting nanti ada berkas yang bisa ditunjukin kalo kita ini emang bener kerja. Bisa diatur itu."

"Bukan interview yang itu. Tapi interview sama Alloh. Ini yang harusnya kita bilang rugi. Rugi itu, kalo cuman gara-gara duit segitu terus nanti pas kita mati, terus kita diinterview sama yang punya hidup, terus sama malaikat tu urusan duit ditaruhnya di timbangan sebelah kiri. Soalnya kita nggak bisa pertanggungjawabin kebenaran kerjaan kita. Terus timbangan kiri kita berat deh. Terus masuk neraka. Nah, itu yang namanya rugi."

"Heleeeh... Mulai deh sok deket sama Tuhan. Sok suci lo. Kayak nggak pernah aja."

"Ya emang nggak. Takut euy. Kalo emang nggak kerja, ya mending nggak usah diklaimin jadi duit lembur. Rugi kalo cuman gara-gara duit segitu terus masuk neraka."

Ada lengkungan senyuman muncul di wajahku kemudian. Dan tiba-tiba tak berani aku mengangkat wajahku. Malu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil