Bisikan Setan

gambar: herukusumahadi.wordpress.com



"Setan itu cerdas kalo kubilang."

"Kok bisa?"

"Mulutnya manis."

"Kok bisa?"

"Iyalah. Caranya berbisik begitu lembut, seringnya terasa menyejukkan. Makanya mudah bagi kita ini jatuh ke pelukannya."

"Menyejukkan? Bisanya?! Setan kan terbuat dari api. Api itu kan panas."

"Menurutmu kalo setan pakai cara panas, cara kekerasan pada manusia yang berakal, mereka akan berhasil? Tidak, kurasa. Makanya mereka pakai cara yang halus, yang menipu."

"Apa misalnya?"

"Ah masak kau tak pernah mendengarnya?"

"Setan kan membisiki hati. Mana bisa kudengar?"

"Kita kan bisa mendengar hati kita sendiri. Atau gini deh paling gampangnya. Kalo denger adzan, langsung berdiri kamu?"

"Jujur.... Nggak selalu sih."

"Kenapa?"

"Ya kadang karena masih ada kerjaan."

"Itu. Begitu cara kerja setan. Coba kamu inget lagi apa yang hati kamu bilang. Pasti kamu ngebatin, 'Bentar nanggung. Waktu sholat kan masih panjang. Selesein kerjaan dulu. Habis itu baru sholat'. Iya?"

"Yah.. Iya juga sih."

"Ya gitu itu manisnya bisikan setan. Dia nggak akan bilang ke hatimu 'Jangan sholat!', tapi di akan bilang dengan nada manisnya, 'Udah, nanti aja sholatnya. Masih akan ada waktu, kok'. Itu senjatanya mereka. 'Masih akan ada waktu'."

"Iih.. Masak gitu. Engga ah."

"Ya coba aja lah kamu rasain. Kalo buat urusan akhirat, kita ini kan gampang banget beralasan tentang waktu. Tentang masih akan ada waktu. Padahal kita sendiri juga tahu bahwa tak ada yang tahu kapan berakhirnya waktu, waktuku, waktumu. Apa lagi kalo bukan bisikan setan? Itu setan, yang ada di dirimu, yang selalu berbisik ke dalam hati bahwa waktu masih akan ada lagi. Padahal..."

#BisikanSetan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil