Empat

photo source: http://thebeautyofislam.tumblr.com


"Empat," katanya tiba-tiba, membuatku menegakkan tubuh dan meninggalkan entah apa yang sedari tadi kupandangi.

"Empat?" tanyaku tak paham.

"Ada empat hal yang akan ditanyakan."

Aku menelengkan kepala. Masih saja tak paham apa maksudnya.

"Umur." Dia meletakkan sebuah kain ke atas salah satu meja. "Untuk apa kuhabiskan umurku. Apakah untuk berbuat kebaikan, beramal, beribadah, atau hanya kuhabiskan untuk hal-hal tak penting atau bahkan melakukan dosa," katanya panjang lebar seraya membuat gerakan berulang di sana, membersihkannya.

Dia mengangkat sebuah buah kursi di dekat meja yang baru saja dibersihkannya, meletakkannya dalam keadaan terbalik di atas meja. Lalu mengulangi pada sebuah kursi yang lain sebelum melangkah ke meja yang ada di sebelahnya.

"Ilmu." Dia kembali meletakkan kain lap ke meja. "Apakah sudah kuamalkan ilmuku. Dia tak akan peduli sebanyak apa pun ilmu yang kupunya. Jika tak kuamalkan, tak akan ada gunanya. Harus kuamalkan baru bisa kulaporkan padanya," jelasnya seraya membersihkan meja kedua.

Aku masih saja bergeming menatapnya. Masih saja tak paham apa maksudnya mengatakan semua itu. Tapi tak punya cukup keberanian untuk bertanya.

"Harta." Dia sudah berpindah ke meja ke tiga yang ada di pojok dekat pintu keluar warung kopi kami. "Dari mana kudapat dan kuhabiskan untuk apa. Halalkah ketika kudapat, bermanfaatkah ketika kubelanjakan."

Kedua mataku mengikuti gerakannya ketika dia menyelesaikan meja ke tiga dan mulai melangkah ke arahku. Langkahnya dihentikan tepat di hadapanku, di meja ke empat, meja terakhir, meja yang sedang kutempati sekarang.

"Lalu..." Dia mengambil jeda. "Tubuhku." Dia memandangku. "Untuk apa lelahku."

"Kamu ini bicara apa, sih?" tanyaku akhirnya.

"Besok itu belum tentu ada. Bisa jadi besok kita ini sudah tak ada. Menurutmu, kamu akan siap ketika Dia menanyakanmu keempat hal itu?"

Aku menelan ludah.

Jutaan gambar mendadak berputar di dalam kepalaku. Tentang umur yang tersia-siakan. Tentang ilmu yang lebih banyak kusimpan. Tentang harta yang kubelanjakan untuk segala hal dunia. Tentang.....

"Bagaimana?" tanyanya.

Aku bergeming.

#Empat

------------------------


Dari Sahabat Abu Barzah, telah berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

“Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang (4 perkara:) (Pertama,) tentang umurnya dihabiskan untuk apa. (Kedua,) tentang ilmunya diamalkan atau tidak. (Ketiga,) Tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan. (Keempat,) tentang tubuhnya, capek / lelahnya untuk apa.” (HR Tirmidzi dan Tirmidzi berkara hasan shahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad-Darimi dan lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil