Dua Puluh Dua




Pak...
Ramadhan sudah datang lagi. Ini ke tujuh kalinya aku bertemu Ramadhan di sini,
di kota ini. Aku mungkin terlihat sendiri. Tapi, tenang saja, Pak. Anak wedokmu ini tak takut karena aku tahu bahwa kita ini tak pernah benar-benar sendiri. Ada Alloh yang selalu membersamai. Iya, kan?

Pak...
Hari ini tanggal 1Ramadhan. Hari ini juga tanggal 27 Mei. Dua puluh dua tahun yang lalu, di tanggal ini bapak pulang. Tadi sebenarnya aku tak ingin menulis tentang hari ini, tapi ternyata di hampir tengah malam ini aku menuliskan ini. Aku harus menuliskan ini, rasa kangen ini. Yah, walaupun aku sudah lupa sebagian besar waktu kita bersama dulu. Maafkan anakmu ini ya, Pak. Aku tak pernah bermaksud melupakan bapak. Tak pernah. Tak akan pernah. Aku hanya tak ingin menjadikannya alasan untuk meratap. Aku tak ingin meratapi kepulanganmu pada-Nya, Pak. Itu kan yang bapak inginkan? Makanya ada banyak hal yang entah sengaja atau tidak, dilupakan oleh otak kecilku ini. Pertahanan diri yang sengaja kubangun agar aku tak lagi meratapi kepulanganmu. Ah, tapi tetap saja.. Maaf ya, Pak. Tapi aku akan terus berusaha, kok. Bapak tenang saja. Bapak bisa percaya padaku.

Pak...
Maafkan anak wedokmu ini, ya? Maaf belum bisa jadi anak yang baik buat bapak. Maaf masih suka nunda sholat. Maaf belum bisa nutup aurat dengan bener. Maaf belum bisa rajin ngaji. Maaf belum bisa.... Tapi aku berusaha, Pak. Aku sedang belajar memperbaiki diri. Bapak percaya kan sama aku? Sama sewaktu dulu bapak ngajarin aku naik sepeda terus bapak ngelepas pegangan tangan bapak? Bapak percaya kan aku bisa?

Pak...
Ah, aku nggak tau mau nulis apa lagi. Aku kangen bapak. Aku sayang bapak. Tapi bapak jangan datang ke mimpiku ya? Jangan, Pak. Aku nggak suka bangun tidur dan banjir air mata seperti waktu itu. Aku nggak mau lagi. Bapak tahu, kan? Maaf ya, Pak. Bukannya aku nggak mau ketemu bapak. Aku cuman nggak pengen meratap. Itu saja. Tapi yakinlah, Pak. Aku sayang bapak. Always did, always will.

Pak...
Aku sayang bapak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil