Menunggu Hujan Reda

image source: http://islamic-art-and-quotes.tumblr.com


"Menunggu hujan reda?"

Ada senyuman terulas di wajahnya. Dia menggeleng pelan. "Menjemput hujan. Menemani hujan turun," katanya.

"Hmmm.." Aku mengangguk-anggukkan kepala pelan. "Menjemput hujan? Mengapa berdiri di sini saja jika memang benar kau menyambut hujan? Bukankah seharusnya kau ada di sana, 'menari' bersama titik-titiknya?" Aku membuat tanda kutip dengan tangan sewaktu mengatakan menari.

Gadis itu tergelak. Dengan cepat dia menutup mulut dengan sebelah tangan, menjaga agar tawanya tak terlalu terdengar, menjaga kesopanan.

"Inginku. Tapi kurasa tak perlu. Dia tahu aku menjemputnya, menyambutnya. Aku yakin dia tahu bahkan tanpa harus aku 'menari' di antara titik-titiknya." Dia ikut membuat tanda kutip dengan kedua tangannya ketika mengatakan menari.

"Tahu? Bagaimana bisa dia tahu?"

Bahunya terangkat. "Entahlah. Aku tahu saja bahwa dia tahu." Dia lagi-lagi tersenyum. "Kau menunggu hujan reda?" tanyanya padaku kemudian.

"Hmmm.. yah, begitulah."

"Mengapa?"

"Mengapa?" Aku balik bertanya dengan bingung.

"Iya. Mengapa kamu ingin hujan reda?"

"Supaya aku bisa pulang?"

"Memangnya kau tak bisa pulang hanya karena hujan?"

"Tak juga. Aku hanya malas saja pulang dalam keadaan basah."

"Jadi, kau berharap rejeki itu segera berlalu hanya karena kau terlalu malas untuk pulang dalam keadaan basah? Ah.. manusiawi sekali."

"Kok gitu?" Aku tak terima dengan kata-katanya.

"Kok gitu apanya?"

"Kok gitu kesimpulannya? Manusiawi sekali?"

"Iya. Itu kan ciri khas manusia. Tak ada rejeki mengeluh, diberi rejeki lewat hujan eh berharap dia segera berhenti, menunggunya reda. Tak suka sekali jika hujan turun deras dan hanya karena terlalu malas. Malas." Gadis itu kembali tertawa kecil. "Ah.. memang mudah sekali... terlalu mudah jika memang sudah dari awalnya malas seperti ini. Segala sesuatu akan jauh lebih mudah."

"Untuk apa?" Aku semakin tak paham.

"Memengaruhi kalian. Tinggal kudorong sedikit saja kemalasan kalian. Lalu.. puff!! Syukur kalian juga akan ikut tergerus."

Ku? Tanyaku dalam hati. Tak sempat terucap karena gadis itu tersenyum lalu tiba-tiba menghilang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil