Takjil Gratis

source: http://lukedecena.deviantart.com


"Besok sebelum magrib ke masjid kampung sana, yuk!"

"Ngapain?" tanyamu.

"Ada takjil gratis di sana. Lumayan laaah." Laki-laki itu kemudian menegakkan tubuhnya, menyandarkan punggung di sandaran kursi.

"Nggak ah."

"Kenapa?"

"Mending ke masjid sebelah ini aja"

"Ngapain? Di situ nggak ada takjil gratis,"

"Bisa diusahain."

"Diusahain? Maksudnya?" tanya laki-laki itu dengan bingung.

"Ya kalo kita ke situ bawa takjil yang banyak terus kita bagiin ke orang-orang yang dateng ke situ, ya bakalan ada pembagian takjil gratis."

"Kita? Maksudmu kita yang nyediain gitu?"

"Iya."

"Gaya kamu. Kayak orang kaya aja."

"Bukan sok kaya. Mumpung masih ada ini."

"Ada apa?"

"Ya masih ada rejeki cukup. Masih ada umur. Kalo nunggu kaya, takut udah ga ada umur."

Laki-laki itu terdiam,

"Ayolah," ajakmu.

"Aku nggak ada duit buat beli takjil."

"Nggak usah. Ikut aja bantuin bagiin. Lumayan."

"Lumayan apa?"

"Lumayan pahalanya. Kan udah termasuk memberi makan orang berbuka puasa itu. Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga. Itu hadits loh. Bayangin, kalo bisa kasih makan sepuluh orang, berarti dapet pahala segitu. Lumayan kan?"

Dia terdiam lagi.

"Ayolah.. Mau, ya?"

Lalu laki-laki itu akhirnya menganggukkan kepalanya. Aku yang sedari tadi memandangi kalian hanya bisa tersenyum saja dari sini.

Ternate, 6 Juni 2017

source: http://al-uyeah.blogspot.co.id



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil