Takut

photo source: www.dailypedia.net/


Aku melangkah cepat keluar dari ruang ujian. Tak semua soal bisa kujawab dengan yakin benar. Tapi, ah memangnya siapa juga yang menuntutku untuk harus bisa menjawab semuanya. Tak ada. Jadi dengan lega aku mengelakan napas.

"Tuh anak emang, deh." Dengan langkah dihentak-hentakkan dia menyusulku.

"Siapa?" tanyaku seraya memasukkan alat tulis ke dalam tas lalu menjinjingnya.

"Tuh!" katanya seraya menunjuk seorang gadis bergamis abu-abu yang baru saja keluar dari ruang ujian.

"Kenapa memangnya?"

"Pelit. Nggak mau ngasih tau jawaban. Pinter kok diambil sendiri, nggak mau bagi-bagi sama temennya."

Aku sudah hampir berkomentar ketika tiba-tiba gadis bergamis abu-abu itu mendatangi kami. Ada senyuman ramah mengembang di wajahnya seperti biasa. Aku membalas senyumannya. Tapi aku tahu dia datang bukan untukku.

"Ren, afwan ya?" katanya kepada gadis di sebelahku yang wajahnya masih bersungut-sungut. "Tadi aku nggak ngasih tau kamu jawaban ujian soalnya aku takut."

"Takut apa? Pengawasnya kan lagi keluar. Bilang aja kalo kamu tuh emang pelit, pengen jadi yang terbaik sendiri, nggak mau temennya juga lulus sama-sama."

Dia masih saja tersenyum. "Alloh, Ren. Aku takut sama Alloh. Pengawasnya mungkin lihat, tapi Alloh pasti lihat."

Aku memalingkan pandangan dari mereka. Tiba-tiba rasa malu memenuhi setiap aliran darahku.

#Takut
Ternate, 14 Oktober 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil