Undangan

image source: www.insideweddings.com


"Beneran si anu udah nikah?"

"Udah."

"Kamu diundang nggak? Aku kok nggak dapet undangan, ya?"

"Nggak. Cuman ngabarin aja kalo nikah, minta doa aja. Tapi nggak nyebar undangan. Memang nggak ada acara apa-apa, kok."

"Kata siapa? Tetangganya aja bilang dia ngadain acara syukuran kok. Ya tapi memang nggak besar-besaran, sih. Tapi teganya ih nggak ngundang kita."

"Ya mungkin dia nggak ada biaya buat ngadain pesta besar-besaran. Jadi undangannya dibatasi."

"Ya nggak gitu juga, dong. Aku ga butuh kok dijamu macem-macem. Disuruh dateng aja udah seneng. Nggak dijamu juga nggak papa. Kan yang penting itu kebersamaannya, kekeluargaannya."

"Oooh. Begitu.."

Hening sesaat.

"Eh, kamu dateng nggak ke nikahannya si itu minggu lalu?"

"Dateng."

"Berarti kamu tahu dong.."

"Tahu apa?"

"Hadeeeh.. Itu tuh.. Ya ampuun. Banyak tamu yang nggak dapet makanan. Ya masak bikin acara nggak ngitung jumlah tamu? Aku loh juga nggak dapet. Padahal aku udah nyumbang lima puluh ribu. Rugi aku datang ke sana."

"Ya mungkin dananya tidak cukup. Mungkin baginya kekeluargaan lebih penting. Rasa kebersamaan lebih penting. Mungkin menurutnya, para tamu yang diundang itu sudah merasa cukup dihargai dengan diundang saja."

"Ya nggak bisa gitu, dong! Masak gitu.. Masak.. Bla.. Bla.. Bla.. Bla.."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil