Dalam Hening



Aku menarik napas dalam dan memejamkan mata. Ada aroma hujan yang menguar di udara. Hujan memang baru saja reda. Mungkin itu sebabnya tempat ini sepi pengunjung sore ini. Hanya ada aku. Bahkan bapak tua yang biasa berjaga juga tak ada.
"Kau lelah." Bisikan itu mampir di telingaku.

"Ya," jawabku pelan. Aku tak ingin mengingkari. Aku memang lelah.

Aku lelah pada dunia, pada manusia-manusianya yang banyak sudah melupakan bagaimana caranya memanusiakan manusia lainnya. Aku lelah pada manusia-manusia yang merasa lebih baik dari manusia lainnya, lalu merasa selalu paling benar dan paling tahu. Padahal mereka tak selalu yang paling benar, tak selalu yang paling tahu.

"Lalu?" tanya suara itu.

"Aku ingin menyerah saja. Ingin mengikuti arus saja. Tak perlu aku mengeluarkan tenaga. Hanya mengikuti arus, hanya cukup diam dan semua akan baik-baik saja."

"Hanya ikan mati yang pergi mengikuti arus." Bisikan itu masih halus, tapi begitu tegas.

"Menghakimi memang mudah," sahutku.

"Menyerah juga mudah."

Ah, aku tak suka nada itu. Aku tak suka kebenaran pada kata-kata yang diucapkan dengan nada itu.

"Terlalu sering mendapatkan kemudahan akan membuatmu manja," bisiknya lagi. "Berdiam dan mengikuti arus akan membuatmu mati. Otakmu. Hatimu. Kau tak akan lagi merasa butuh berjuang dan memperjuangkan. Lalu, jika sudah seperti itu, masihkah bisa kau sebut hidup?"

"Tapi, menjadi berbeda itu benar-benar melelahkan. Asing. Diasingkan. Sendiri."

"Tidak," sahutnya cepat. "Tak mungkin kau akan dibiarkan sendiri. Tenang saja. Asal yang kau lakukan itu benar. Asal bukan larangan-Nya. Asal itu sesuai perintah-Nya, yakin saja Dia akan selalu membersamai."

Aku membuka mata. Danau yang seolah bersambungan dengan langit dan lautan langsung menyambutku. Sekali lagi aku menarik napas dalam, menutup obrolan diri dengan sebuah senyuman.

Sisi diriku yang satu itu untuk kesekian kalinya benar. Aku tak boleh menyerah. Tak sekarang, pun nanti.

Ternate, 15 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil