Di Akhir Hari Nanti




"Jangan ambil fotoku," katamu. "Jangan biarkan orang mengambil fotoku. Tolong jaga aibku," katamu lagi.

Aku tak mengatakan apa-apa, hanya menganggukkan kepala.

"Kau lihat, kan? Banyak sekali orang menyebarkan gambar di sosial media? Gambar orang-orang yang mereka bilang mereka sayang? Padahal mereka sedang sakit, sedang tak ingin dilihat orang lain.. Jika benar sayang, bukannya seharusnya mereka menjaga?"

Yang kulakukan masih sama, hanya menganggukkan kepala.

"Apalagi jika nanti aku mati. Jangan ambil fotoku. Aku tak tahu akan seperti apa nanti matiku. Jadi tolong, tetap jaga aibku."

Aku memalingkan pandangan keluar jendela. Mengalihkan pandangan pada langit yang mulai memerah di luar sana.

"Bisakah kita tak membicarakan ini?" tanyaku tanpa menatapmu.

Kamu mempererat genggaman di tanganku. Bukanya kehangatan, yang kurasakan sekarang hatiku mendadak beku.

"Harus kukatakan sekarang, Dek. Kita tak tahu kapan hariku akan berakhir. Bisa jadi, hari ini."

Aku kembali menoleh padamu. Pada wajah pucatmu. Pada senyuman lemahmu di sana.

"Di akhir hari nanti, jangan meratapiku. Bilang pada anak-anak kita, jangan meratap. Ikhlaskan."

Sekali lagi, aku hanya menganggukkan kepala sambil sesekali melirik pada bedside monitor yang menyala.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil