Tak Dibawa Mati

image source: latitude.nu


"Kamu tuh kerja mati-matian buat ngedapetin sesuatu yang nggak bisa dibawa mati."

"Apa yang nggak bisa dibawa mati?"

"Harta lah. Apa lagi memangnya?"

"Kata siapa harta tak bisa dibawa mati?"

"Memangnya bisa gitu kamu mati bawa harta? Kantong aja nggak ada. Nanti kalo mati kan kain kafan kita nggak berkantong. Nggak bisa kita ngantongin harta. Mau ikut dikubur sama kita juga nggak bakalan bisa kita bawa ke akherat."

"Yakin harta nggak bisa dibawa mati?" Kamu tersenyum menggoda.

"Yakinlah."

"Tapi, aku lebih yakin harta itu bisa dibawa mati."

"Nggak bisa! Harta itu urusan dunia. Kita itu mati ninggalin dunia. Semua hal yang bersifat duniawi bakalan kita tinggal, nggak akan bisa kita bawa!"

"Bisa, kok dibawa mati." Nada suaramu tetap menggoda, tetap sesantai sebelumnya.

"Ya nggak bisa, lah! Kamu tuh pernah belajar ilmu agama nggak, sih?!"

Kamu masih saja tersenyum menggoda. "Harta itu bisa kok dibawa mati. Disedekahin. Pahalanya bisa dibawa mati. Makanya harus kerja, biar kita bisa menjemput rejeki kita, terus bisa menjalankan tugas kita untuk bersedekah kepada yang membutuhkan, untuk menyumbang dalam perjuangan agama. Gimana? Bisa, kan harta dibawa mati?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil