Contraflow



Kamu yang semenjak tadi hanya memandangi bentangan jalan di depan, tiba-tiba menoleh sewaktu sebuah motor berhenti di sisi kananmu. Kamu lantas menurunkan jendela.

"Mas, itu area contraflow," katamu padanya.

Laki-laki yang ada di atas motor itu hanya melirikmu. Tapi tak juga dia memindahkan motornya untuk masuk ke dalam area marka garis melintang utuh. Padahal sebenarnya dia masih bisa masuk ke barisan motor yang ada di depan kita.

"Maju aja, Mas. Masuk ke situ. Masih ada tempat dan lebih aman," katamu lagi padanya.

Kali ini dia pura-pura tak mendengarmu. Kedua matanya menatap lampu lalu lintas yang masih menyalakan warna merah.

"Bahaya kalo di situ, mas. Nanti kalo tiba-tiba bus yang punya jalur dateng, mas bisa ketabrak. Mending maju aja," katamu lagi.

Dia tak bergeming.

"Mas nggak kasihan sama istrinya yang di boncengan? Ini mas melanggar undang-undang loh. Mas sudah membahayakan orang lain. Bagaimana juga nanti mas akan mempertanggungjawabkan di akhirat jika sampai ada yang celaka karena kelalaian yang mas lakukan ini?"

Dia tetap tak berpindah. Mungkin dia berpikir, jika mengikuti contraflow, dia tak akan perlu berebut jalan dengan motor lain. Entahlah.

Kamu menghela napas.

"Udahlah. Biarin aja," bisikku.

"Tunggu," katamu. "Mas, di depan ada polisi, loh. Nanti mas ditangkap," katamu padanya.

Laki-laki di atas motor itu tak melirik, tak mengatakan apa-apa, hanya buru-buru memindahkan motornya, keluar dari jalur contraflow, bergabung dengan motor lain yang ada di depan mobil kita.

Kamu berpaling padaku. "It works. It always works," katamu sambil bersiap menjalankan mobil karena lampu sudah mulai berubah hijau.

Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.

#20180224 #Contraflow

photo credit: slide.news.sina.com.cn

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil