Jenuh

Pantai Dufa Dufa, Ternate, Maluku Utara


"Telponmu." Aku menunjuk ponsel yang dia letakkan di atas kursi besi di sisinya.

Dia hanya melirik layar ponselnya yang menyala, lalu mengabaikannya.

"Kenapa tak kau angkat?"

"Malas," katanya dengan wajah tak peduli. "Paling-paling nanti yang dibahas cuma itu-itu saja."

Aku berdiri, pindah duduk di pagar semen setinggi lutut yang membatasi trotoar ini dari bebatuan menuju air laut. Aku ingin melihat wajahnya ketika berbicara.

"Paling-paling hanya akan bertanya, 'kapan kamu pindah?' atau dengan nada sedih akan bertanya 'kapan yaa bisa sama-sama kamu tiap hari?'. Atau yang lebih membuatku malas lagi, 'Kamu kok nggak pindah-pindah, sih?'."

Layar ponsel itu menyala lagi. Dengan cepat dia meraih benda berwarna hitam itu, lalu membaliknya, menghadapkan layarnya ke bawah.

"Mereka itu bertanya seolah aku ini yang mengeluarkan SK pindah. Seolah aku ini tak pernah berusaha apa-apa untuk bisa pindah. Seolah aku ini tak punya hati dan tak ada keinginan untuk pindah kerja lalu bisa mengabdi pada suami."

Aku kehilangan kata-kata. Melihat kedua matanya yang dijejali emosi yang entah apa namanya itu membuatku akhirnya hanya bisa membisu.

Lama kami hanya saling berdiam. Kedua matanya melewatiku, memandangi langit sore yang mulai dihinggapi jejak senja.

"Mungkin sebenarnya mereka ingin membantu. Mereka peduli, hanya tak tahu saja harus melakukan apa untuk membantu," kataku kemudian.

Dia menghela napas lalu menatapku. "Mudah saja sebenarnya jika ingin membantu. Mendoakan. Cukup itu saja jika tak tahu harus melakukan apa. Cukup doakan dan jangan terus-menerus bertanya. Jangan mengulang-ulang pertanyaan yang sama. Doakan saja dan biarkan aku berusaha."

Ada air mata yang siap tumpah. Buru-buru aku berpindah, duduk di sisinya, lalu memeluknya erat.

"Aku jenuh harus menjawab pertanyaan yang sama, yang lebih bernada penghakiman daripada pertanyaan," katanya.

Lagi. Aku dibisukan oleh emosi yang ikut mengaduk-aduk hati. Jadi yang kulakukan hanya memeluknya dan menelan semua pertanyaan yang sama yang tadi dia bicarakan, lalu menggantinya dengan sebuah doa.

#20180204

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil