Namimah



"Kemarin aku mendengar mereka membicarakanmu," kata seorang perempuan. Kedua tangannya sibuk memotong pizza yang ada di atas piring.

"Biarkan," jawab kawannya dengan tenang.

"Kau tak ingin dengar apa yang mereka bicarakan tentangmu?"

Kawannya menggeleng.

"Mereka menjelek-jelekkan dirimu, tahu?"

"Biarkan," jawab kawannya. Masih saja tenang. "Sudah, jangan kau ceritakan lagi tentang mereka."

"Mengapa tidak? Ini fakta yang kusampaikan. Aku tak memfitnah."

"Betul kau tak memfitnah. Betul kau katakan fakta. Kau mendengarnya sendiri. Tapi, jika apa yang akan kau ceritakan padaku itu akan membuatku membenci mereka, atau membuat perang di antara aku dan mereka, sebaiknya tak perlu kau ceritakan."

"Ya tapi kan setidaknya kau tahu.Aku ini sahabatmu. Sudah seharusnya aku menjagamu. Hal-hal seperti ini, kau harus tahu."

"Untuk apa? Tak akan ada gunanya untukku. Sedangkan untukmu..." Kawannya itu memberi jeda sesaat. "Namimah," lanjutnya. "Hukumannya berat nanti di akhirat."

Perempuan itu berhenti mengunyah makanannya, membisu menatap kawannya.

"Dengar, aku sahabatmu. Sudah seharusnya, aku berusaha menjagamu. Begitu, kan?"

Aku yang duduk di belakang mereka hanya mengangguk-anggukkan kepala.

#20180216
#Namimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil