Tamu



"Jangan cemberut kalo ada tamu," tegurnya.
.
"Aku lagi ga mood," jawabku sambil mengangkati gelas-gelas kotor dari atas meja.
.
"Ya walaupun lagi ga mood, usahakan menyembunyikan ga moodmu itu kalo di depan tamu."
.
"Ya tergantung tamunya. Kalo tamunya nyenengin mah bisa-bisa aja." Aku mengangkut gelas-gelas itu ke dapur.
.
"Usahakan bisa."
.
"Buat apa? Toh dia ke sini juga cuma kalo ada maunya aja. Kalo butuh aja. Kalo nggak, kan nggak juga pernah ke sini."
.
"Malah bagus, dong. Artinya dia menganggap kita bisa diandalkan."
.
"Ya tapi kan ngeselin. Bikin males," jawabku dari dapur, dari depan bak cuci piring, mulai mencuci gelas-gelas yang tadi dia pakai bersama tamunya.
.
Dia menyusulku ke dapur, berdiri di sampingku, menatapku.
.
"Apa?" tanyaku.
.
"Ayolaah.. Bisa ya? Ya?"
.
Aku meliriknya.
.
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya," katanya. "Sabda Rasulullah. Hadis Bukhari."
.
Aku kembali meliriknya. Kali ini dia tersenyum dan menaikkan kedua alisnya.
.
"Bisa ya? Ya? Ya?"
.
Kepalaku akhirnya terangguk juga.
.
.
#20180223
#tamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil