Kabar




"Jenguk suaminya si X, yuk!"

"Nggak, ah."

"Kenapa?"

"Aku ga dapet kabar. Kamu emangnya dikabarin sama dia kalo suaminya opname?"

"Nggak. Dikasihtau temen."

"Ituu.. Ngapain jengukin? Dikabarin juga nggak kok. Padahal di kantor ini kan dia paling deketnya sama kita. Tega-teganya ada kabar sepenting itu kita nggak dikabari? Masak orang lain malah tau?"

"Kalau memang kamu merasa dekat dengannya, seharusnya kamu paham bagaimana kondisi dia. Dia di kota ini hanya berdua dengan suaminya. Tak ada keluarga. Lalu tiba-tiba suaminya kecelakaan, masuk rumah sakit. Menurutmu dia akan punya waktu untuk mengabari kita satu-satu? Menurutmu dia tak sibuk mengurus ini itu? Sedangkan kita sama-sama tahu bagaimana ribetnya pengurusan berkas sakit."

"Iya sih..."

"Makanya, jika benar kamu merasa dekat dengannya, ayo kita jenguk suaminya, doakan kesembuhannya, jika perlu, kita bantu biaya perawatannya tanpa perlu menunggu dikabari oleh dia sendiri."

"......"

"Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba.” (1)

"Iya. Kamu benar."


#20180302 #Kabar

(1) HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil