Sajadah (2)

Ngemul, Sukoharjo, Jawa Tengah (Dokumen Pribadi)


Kamu melangkah cepat memasuki masjid. Jamaah sholat subuh sudah dimulai. Imam baru saja selesai membaca Surah Al Fatihah. Sesaat kamu mencari tempat, lalu bergegas memasuki shaf paling belakang, di sebelah seorang laki-laki paruh baya yang sedang sholat tanpa pengalas.

Tanpa berpikir panjang, kamu menggelar sajadahmu, melintang di hadapan laki-laki itu tepat ketika jamaah mulai ruku. Lalu kamu berniat, melakukan takbiratul ikhram, dan ikut ruku bersama mereka.

Tak butuh waktu lama untuk menyelesaikan dua rakaat. Laki-laki setengah baya yang duduk di sebelahmu itu tersenyum padamu dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Terima kasih," katanya sebelum kemudian berlalu.

Kamu hanya tersenyum dan mengangguk, mengambil sajadahmu, lalu melangkah keluar dari masjid.

Bagimu, pagi ini tak ada yang berbeda dari biasanya.

--------------------

Laki-laki setengah baya itu melangkah dengan tegap, tak lagi selesu ketika dia berangkat ke masjid pagi tadi.

Kemarin istrinya meninggal. Satu-satunya wanita yang dia cintai, yang paling bisa mengertinya, satu-satunya orang yang dia punya. Wanita itu akhirnya menyerah pada penyakitnya.

Tadi pagi dia tak merasa ingin hidup lagi. Istrinya sudah tak ada. Tak akan ada orang yang peduli padanya. Tak ada alasan baginya untuk melanjutkan hidup.

Tadi pagi dia pikir tak ada salahnya ikut jamaah di masjid untuk terakhir kalinya sebelum....

Tapi tiba-tiba sebuah sajadah terhampar di lantai di hadapannya, menghindarkan kulitnya bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai masjid. Lalu di rakaat kedua imam membaca ayat-ayat itu..

"Fa inna ma'al 'usri yusroo.. Inna ma'al 'usri yusroo.."

Lalu lelaki baik hati yang telah berbagi sajadah dengannya itu tersenyum ramah menerima uluran tangannya setelah mereka sama-sama menyelesaikan sholat.

Lalu, tiba-tiba dia kembali ingin hidup.


Sukoharjo, 28 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil