Cuma Sunnah

Mithing Crab, Sukoharjo, Jawa Tengah
(dokumen pribadi)

"Alhamdulillah... Adzan!" seruku bahagia. Dengan cepat aku meraih gelas berisi es teh lalu hampir menyedot isinya.

"Duduk," katamu seraya menatap kursi kosong di sisiku.

Aku menurut. Lalu duduk.

"Baca basmallah dulu sebelum minum."

"Iya. Udah."

"Minum tiga tegukan. Lalu baca hamdallah."

Aku menganggukkan kepala.

"Habis itu baca doa berbuka puasa."

"Iya iya.. Sudah tahu aku tuh," kataku. "Lagian cuma minum aja ribet bener sih, Mas."

"Kan sunnah."

"Yaitu. Kan cuman sunnah. Ga wajib. Ga dilakukan juga ga dosa, kok."

"Memangnya kamu ga sayang? Pahala loh itu. Minum sambil duduk, satu pahala." Kamu menunjukkan jari telunjuk. "Baca basmallah, tambah satu lagi." Lalu jari tengah. "Minum tiga teguk, tambah satu pahala lagi." Lalu ibu jari. "Baca hamdallah, tambah satu pahala." Lalu jari manismu ikut berdiri. "Terus, baca doa berbuka puasa yang diajarkan Rasulullah, satu pahala lagi." Kali ini, kelingkingmu ikut berdiri.

Aku memandangimu dalam diam.

"Sudah berapa pahala coba? Lima, loh. Apa ga sayang pahala segitu banyak, terus gampang lagi dapetinnya, kita sia-siain gitu aja?"

Aku menghembuskan napas agak keras. Kamu tersenyum.

"Ini bukan 'cuma sunnah'. Tapi, 'ini sunnah loh, dapet pahala'," katamu dengan senyuman usil seperti biasanya.

"Iya.. iya..."

"Kok cemberut? Senyum dong, Sayang.. Sunnah loh. Dapet pahala."

Lalu aku tak tahan lagi untuk tertawa sewaktu memandang senyuman usilmu itu.


Sukoharjo, 7 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil