Desember

Solobaru, Sukoharjo (Dok. Pribadi)

Hai, Desember.

Lagi-lagi aku terlambat menyapamu. Ini sudah hari kesepuluh. Seharusnya aku menyapamu lebih awal. Tapi, seperti alasan kliseku sebelumnya, pekerjaanku banyak sekali. Aku bahkan melewatkan Oktober dan November begitu saja. Padahal sebenarnya ada banyak sekali cerita. Ada jutaan kata-kata yang berputar di dalam kepala. Tapi, tetap saja. Aku tetap bersembunyi di balik alasan yang sama.

Tahun ini ada yang berbeda, kau tahu? Aku tak lagi sibuk membuka laman yang menjual tiket pesawat daring. Kau tahu kan bagaimana di setiap Desember seperti ini aku akan selalu berpacu, menyelesaikan pekerjaanku sambil berkali-kali mengecek harga tiket pesawat, mengatur jadwal sedemikian rupa agar di akhir bulan nanti aku bisa pulang dan menghabiskan akhir tahunku di rumah. Sekarang tidak lagi. Aku sudah di rumah. Sudah lebih dari setengah tahun ini. Makanya kubilang padamu tadi, ada banyak sekali hal yang ingin kuceritakan. Tapi sepertinya tetap akan nanti. Sabar ya.

Sudah dulu. Aku mau pulang. Janji. Besok aku akan bercerita padamu lagi. Oiya, bulan lalu kubekukan waktu, bersama senja tentunya. Semoga kau suka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil