Pembenci



"Jangan melarang pembenci untuk membenci. Biarkan saja," bisiknya begitu mobil kami sampai di lampu merah. Mungkin dia tahu aku sedang kesal sekarang.

"Masa dibiarkan? Mereka tuh jelek-jelekin aku, fitnah aku. Kalau seandainya itu kamu, memangnya kamu tidak akan merasa dirugikan? Bulan puasa kayak gini kok teteeeep aja."

"Sudah. Biarkan saja. Apa ruginya untuk kita? Asalkan kita tetap melakukan hal yang benar, larangan Alloh tak kita langgar, perintah-Nya kita dengar dan laksanakan, sudah. Cukup. Alloh tahu kok siapa yang benar. Lupakan. Anggap saja angin lalu. Biar hati kita ini tak terbebani. Beban berat itu dibawa oleh para pembenci, bukan yang dibenci. Berat. Sungguh. Apalagi jika yang dibenci tak peduli. Makanya, biar saja mereka membenci toh kita memang tak bisa membuat semua orang menyukai kita. Iya, kan?"

"Tapi kan tetap saja..."

"Hei, bulan baik jangan dikotori dengan kekesalan seperti itu. Ingat, tahan diri. Tahan.."

"Kesel aku tuh.. Benci banget sama manusia macam begitu tuh."

"Kamu dengar apa yang baru saja kamu katakan?"

Astaghfirulloh.. Aku.. aku seorang pembenci....


Boyolali, 22 Mei 2019
#Pembenci #30CeritaRamadan2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil