Kata

Pantai Ketawang Purworejo Jawa Tengah (dokumen pribadi)



"Itu apa?" tanyaku sambil mengamati benda kecil yang kamu pegang dengan ujung jari.

"Bunga cemara laut," jawabmu sambil mengambil gambar benda itu.

Aku mengangguk-anggukkan kepala. "Itu gampang nyangkut di pakaian," komentarku.

"Iya. Kalo kena kulit, sakit lagi. Nyucuk." Kamu ikut mengangguk-anggukkan kepala. "Kata-kata," katamu kemudian.

"Hah?"

"Orang kalo pakeannya ketempelan bunga ini terus merasa ga nyaman, ada yang langsung ngelepasin bunga ini dari pakaiannya, ngebuangnya, terus ngelupain semuanya. Walaupun dia pernah ngerasa sakit kena tusukannya. Ada juga manusia yang ngelepasin, tapi nginget-inget terus kalo tusukannya sakit. Terus jadi ga suka sama bunga ini," katamu, menjelaskan. .
Aku menyimak.

"Sama kayak kata-kata. Kita sering kan ga sadar kalo kata-kata kita udah nyakitin perasaan orang lain? Ada orang yang ga peduli, ada orang yang nyimpen dalam hati. Kalo yang ga peduli sih ga terlalu bermasalah. Tapi kalo yang nyimpen di hati? Gimana kalo mereka bawa sakit hatinya bahkan sampai kita mati? Terus, setelah kita mati, mereka membicarakan kita dan sakit hati yang kita bawa buat mereka?"

"Ya sebisa mungkin kita minta maaf. Yang penting kan kita sudah minta maaf. Urusan dimaafin atau ga, itu urusan mereka."

"Itulah masalahnya. Kita jadi menganggap mudah semuanya asal sudah minta maaf. Terus jadi gampang banget nyakitin orang, memfitnah orang lewat hoax, menghina orang soalnya nanti bisa minta maaf. Lupa kalo Rasululloh pernah berpesan ke kita: 'Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam'."

"Sebaiknya mencegah daripada..."

"Iya. Karena itu tadi. Siapa tahu ada yang membawa di dalam hati."


Sukoharjo, 1 Juni 2019
#kata #30CeritaRamadan2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil