Masa

Stasiun Balapan (dok. pribadi)


"Mau mudik, Dek?" tanya laki-laki setengah baya yang baru saja duduk di sebelahku.

Aku mengangguk. "Iya, Pak."

"Seneng ya masih bisa mudik, masih ada yang dituju."

"Iya, Pak," jawabku ragu, tak yakin aku sudah memberikan respon yang tepat.

"Tapi kita ini sukaaa sekali menyepelekan apa yang kita miliki. Orang tua menelpon karena rindu, kita abaikan. Kadang malah mengaggap perhatian mereka sebagai gangguan. Lupa kalau semua hal ada masanya."

Dia tersenyum pahit.

"Orang tua kita tak akan selamanya muda, bahkan akan ada waktunya mereka tak lagi ada. Padahal mereka itu ladang pahala kita di dunia. Salah satu kunci pintu surga kita."

Senyumannya masih sama pahitnya.

"Ketika ada disepelekan, tapi nanti kalau sudah pergi, yang ada hanya kerinduan. Yang tersisa adalah rasa kehilangan yang tak berkesudahan. Lalu akhirnya tinggal sesal, ingin lebih banyak waktu lagi dengan mereka."

Aku baru menyadari bahwa kepahitan bisa ditularkan karena tiba-tiba ada rasa pahit yang tertelan ke dalam kerongkonganku lalu, entah bagaimana, langsung masuk ke dalam jantung.

"Sama juga dengan waktu. Berapa banyak yang sudah disia-siakan untuk dunia dan mengkhawatirkan tentang segala ketidakpastiannya hingga lupa mempersiapkan diri untuk yang sudah pasti: mati."

Dia menoleh padaku, menyuntikkan lebih banyak kepahitan ke dalam jantungku.

"Itu keretamu datang," katanya.

Aku menoleh. Benar. Keretaku datang. Ada rasa lega yang anehnya disertai keengganan untuk segera beranjak dan keinginan untuk bisa bertahan lebih lama lagi, mendengarkan laki-laki ini. Tapi mau tak mau aku berpamitan padanya dan segera naik ke kereta.

Tunggu. Bagaimana dia tahu ini keretaku?

Dengan cepat aku menatap keluar jendela, ke arah bangku tempatku tadi menunggu. Laki-laki itu masih ada di sana, melambaikan tangannya padaku, lalu dia berjalan ke arah pintu keluar stasiun, menembusnya, lalu menghilang.


Solo, 5 Juni 2019
#Masa #30CeritaRamadan2019 #UtangCerita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil