Rasa

Photo credit: IG @vinamiyulian



"Mikirin apa?"

Aku meletakkan dua cangkir teh hangat ke atas meja yang ada di hadapanmu lalu menarik kursi dan duduk di sana.

"Besok sudah lebaran ya?" Kamu menggumam.

"Iya. Maaf ya, gara-gara aku tahun ini kita ga bisa mudik pas lebaran lagi," kataku.

"Gapapa. Bukan itu yang kupikirin." Kamu membuang pandangan keluar jendela lagi.

"Terus kenapa?"

"Aku," jawabmu. "Ramadan kali ini ga ada rasanya buatku."

"Rasa apa?"

"Aku ga tau apa nama yang tepat. Seharusnya setiap kali Ramadan ada rasa yang berbeda, yang mengena, membekas. Tapi, ini..."

Kamu menghela napas.

"Semua rasanya biasa saja. Hariku biasa saja. Rutinitas yang biasa. Ga ada rasa. Semuanya cuma sekedar menggugurkan kewajiban saja. Salatku, puasaku, ibadahku yang lain. Sama saja, ga ada rasa."

Aku masih mendengarkan.

"Aku ga bisa nangis di sepertiga akhir malamku walaupun kuingat banyak sekali dosaku. Aku bahkan masih sering lupa rakaat salatku. Harusnya kan paling ga, aku jadi lebih baik. Tapi ini, malah ga ada rasa. Ga juga merasa kehilangan kalo hari ini terakhir Ramadan."

Kamu berpaling padaku lalu tersenyum pahit.

"Rugi sekali aku ini," katamu sebelum mengangkat cangkir dan menyesap isinya.


Solo, 14 Juni 2019
#Rasa #30CeritaRamadan2019 #UtangCerita #Lunas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hidup dari Jendela Bus

Bulan Separuh

The World is On Fire, Tentang Serial Daredevil